Friday, December 21, 2007

Belajar dari Tukang Parkir

“Assalamu’alaikum...,” Salam Maula“Walaikumusalam..., Nak Mas baru pulang?” balas Ki Bijak“Ya Ki...” Kata Maula sambil beranjak duduk dihadapan gurunya.“Nak Mas bawa motor kekantor...?” Tanya Ki Bijak sambil melirik kearah parkir motor diluar masjid.“Ya Ki, tapi sambil pintu Tol saja, kemudian ana ikut mobil teman kekantor...,” kata Maula“Motornya ditinggal di mana...?” tanya Ki Bijak“Di penitipan Ki..., kalau pagi hari, ratusan motor berjejer di sana Ki...,” kata Maula.“Kalau sore hari...?” pancing Ki Bijak.“Kalau sore hari, tempat penitipan itu kosong melompong, mungkin hanya satu dua saja, milik karyawan yang shif malam...,” kata Maula.“Seharusnya kita bisa belajar banyak dari penjaga penitipan motor itu Nak Mas...,” kata Ki Bijak lagi.“Apa yang bisa kita pelajari Ki....?” tanya Maula.“Nak Mas, perhatikan si penjaga penitipan motor itu. Ketika pagi hari banyak motor yang masuk ketempat parkirnya, dia bersikap biasa saja, wajar saja, tidak berlebihan, dan tidak merasa bahwa motor-motor itu adalah miliknya, ia dengar sadar bahwa motor-motor itu hanya titipan...,” kata Ki Bijak.“Lalu...,” tanya Maula.“Pun ketika sore hari tiba, saat motor-motor itu satu demi satu diambil pemiliknya, hingga tempat parkirnya kosong sama sekalipun, ia tidak lantas merasa khawatir apalagi menangisi motor-motor yang diambil pemiliknya. Ia ‘merelakan’ motor-motor itu pergi meninggalkannya. Sekali lagi karena ia sadar, bahwa motor-motor itu hanya titipan...,” kata Ki Bijak lagi.Maula merenung sejenak, mencoba menyimak arah pembicaraan gurunya.“Sikap untuk tidak berlebihan dan berlaku wajar ketika motor-motor itu datang memenuhi area parkirnya, dan ketika motor-motor itu diambil pemiliknya itulah sebuah pelajaran yang sangat baik bagi kita Nak Mas,” kata Ki Bijak“Ketika kita dikaruniai Allah kelapangan rezeki, harta yang berlimpah, pangkat dan kedudukan yang tinggi, saat itu kira-kira mirip dengan motor-motor yang datang memasuki area ditukang parkir, dan dalam hal ini tukang parkir itu adalah kita,” kata Ki Bijak.“Lalu Ki...,” tanya Maula. “Lalu sikap yang harus kita miliki ketika kita tengah pada posisi itu adalah persis seperti tukang parkir itu. Tidak berlebihan, tidak menjadi sombong, tidak merasa bahwa apa yang ada pada kita sekarang bukan mutlak miliknya, tapi hanya ‘titipan’. Harta yang ada pada kita adalah titipan, rezeki kita yang berlimpah adalah titipan, pangkat dan jabatan adalah titipan, anak kita, istri kita, suami kita, bahkan anggota badan kita dan nyawa kita pun titipan, yang suatu saat pasti diambil oleh pemiliknya yang hakiki...,” beber Ki Bijak.“Dengan bersikap seperti itu, pada saatnya harta, pangkat dan jabatan yang kita sandang itu harus dikembalikan atau diambil oleh pemiliknya kita pun bisa bersikap seperti tukang parkir tadi, tidak cemas, tidak risau, tidak takut, tidak lantas mencari-cari berbagai cara untuk mempertahankannya dengan cara membabi buta, karena kita sadar dan menyadari sepenuhnya, bahwa memang akan ada saat ‘pengambilan barang titipan’ itu oleh pemiliknya...,” kata Ki Bijak.“Ki, apa yang harus kita lakukan pada saat kita ketitipan demikian banyak amanah, seperti harta, pangkat dan jabatan Ki...,” tanya Maula.“Persis seperti tukang parkir itu. Kita harus menjaga ‘titipan-titipan’ itu dengan baik, dalam hal harta, pangkat dan jabatan yang Allah titipkan kepada kita. Kita pun harus pandai-pandai menjaga harta kita. Kita harus pintar memelihara pangkat dan jabatan kita dengan baik dan bertanggung jawab...,” Kata Ki Bijak.“Bagaimana cara menjaganya Ki...,” tanya Maula.“Jaga harta kita agar tidak tercemari oleh harta yang subhat apalagi ada harta haram yang tercampur dalam harta kita. Jaga harta kita dari ‘pencurian’ oleh setan dengan cara membelanjakannya di jalan yang tidak diridhai Allah swt..”“Jaga pangkat dan jabatan kita agar status yang kita sandang itu tidak lantas menjadikan kita sombong, merasa asing, gede hulu, sok-sok dan menggunakan pangkat dan jabatan kita dengan melampaui batas,” jelas Ki Bijak panjang lebar.“Lalu, bagaimana sikap kita saat titipan itu diambil oleh pemiliknya Ki...?” tanya Muala lagi.“Ucapkan innalillahi wa inna ilaihi roji’un...,” kata Ki Bijak. “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Ki.........?” tanya Maula“Ya Nak Mas, apa yang ada pada kita semuanya dari Allah, dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Persis si tukang parkir tadi. Ia dengan ikhlas membiarkan motor-motor di areanya diambil kembali oleh pemilik-Nya...,” kata Ki Bijak.“Ki, mungkinkah kita mendapatkan kepercayaan yang lebih lama untuk menjaga amanah harta, pangkat dan jabatan...?” tanya Maula.“Mungkin saja Nak Mas. Allah akan memberikan kemulian kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah akan memberikan harta kepada siapa yang dikehendaki, seperti termaktub dalam surat Ali Imran ayat 26. ”Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”“Jadi menurut Aki, agar kita dipercaya lebih lama untuk menjaga harta, pangkat dan jabatan kita adalah dengan menjadikan kita sebagai ‘orang yang dikehendaki oleh Allah’, yaitu dengan mensyukurinya dan senantiasa bertaqwa kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun...,” kata Ki Bijak menerangkan.“Lagi-lagi seperti tukang parkir itu. Ketika selama menjaga motor-motor yang dititipkan padanya dengan baik, dengan tidak melalaikan tanggung jawab dan kewajibannya, bahkan dengan cara membersihkannya, misalnya, insyaallah Nak Mas pun tidak akan ragu untuk menitipkan motor Nak Mas di tempat yang sama setiap hari di sana dan untuk jangka waktu yang lama...,” kata Ki Bijak.“Sebaliknya, ketika pertama kali Nak Mas menitipkan motor di sana, kemudian sore harinya Nak Mas menemukan goresan pada motor Nak Mas, atau spionnya hilang, insyaallah, itulah kali pertama dan terakhir Nak Mas menitipkan motor Nak Mas di sana. Bukan begitu Nak Mas...?” kata Ki Bijak.“Aki benar Ki. Ketika pertama kali ana menitipkan di sana, ada perasaan was-was dan ragu. Tapi sekarang tidak lagi. Karena ana percaya ada yang menjaganya...,” Kata Maula. “Ya seperti itu Nak Mas. Maka dari itu belajarlah lebih banyak pada tukang parkir sekalipun..,” kata Ki Bijak.“Ya, Ki...,” Kata Maula pendek sambil berpamitan.

No comments: